First Story In My Life Journey
Projek Lamakera dengan Sejuta Keindahan
Hy... Nama saya Edy Topan biasa di sapa Edy. Lahir di Solor 27 Desember 1993 anak sulung dari 5 bersaudara. Bapak saya seorang nelayan dan ibu hanya ibu rumah tangga. Sehingga keluarga saya dikategorikan dalam kelurga kurang mampu dan orang tua saya selalu pergi mencari rejeki di luar daerah sampai bertahun-tahun sehingga saya tinggal hanya bersama nenek. Waktu di sekolah dasar saya selalu mendapat peringkat yang sangat memuaskan karena saya rajin belajar dan senang menulis sehingga banyak teman dikalangan saya mengatakan huruf saya sangat bagus dan banyak juga pekerjaan rumah mereka minta saya yang tuliskan. Sejak SD saya sudah dilatih untuk bisa mandiri, karena hidup serba kekurangan. Tapi tidak pernah menurunkan semangat saya untuk menuntut ilmu dibangku pendidikan. Ketika lulus dari sekolah dasar saya tidak tau harus kemana karena saya hanya hidup tanpa dampingan orang tua, sehingga niat saya surut untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 6 tahun sudah berlalu hingga sebagai anak sekolah SD pun segera berakhir namun orang tua saya tak kunjung pulang sehingga membuat saya harus bersedih ketika melihat anak-anak seangkatan saya harus menggantikan seragam dari putih merah menjadi putih biru, namun rasa sedih itu menghilang ketika saya ditawarkan oleh seorang guru di sekolah dasar yang siap membantu saya untuk mendaftarkan saya ke sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) karena saya anak yang berprestasi itulah alasan guru itu membantu saya. Rasa syukur tak terhingga karena keinginan saya untuk bisa menggunakan pakaian putih biru akhirnya tercapai. Namun semua tidak mudah seperti yang dibayangkan sekolah lanjutan tingkat pertama yang berlokasi di Desa Menanga jaraknya sekitar 25 km dengan kampung saya. Tak ada kendaraan yang bisa saya gunakan untuk bersekolah seperti anak-anak lain, transportasi pribadi saya adalah jalan kaki dengan mempuh jarak sekitar 25 km baru bisa sampai di sekolah, pulang sekolah pun sama saya harus kembali menempuh jarak yang sama untuk bisa kembali kerumah. Satu setengah tahun bertahan dalam kondisi seperti ini namun semangat saya tidak pernah pudar. Setelah kenaikan kelas kembali saya ditawarkan oleh seorang guru matematika di sekolah itu untuk tinggal bersamanya dikos dan saya pun segera memutuskan untuk berpindah penduduk dari desa saya ke desa Menanga. Guru ini bernama Yohanes Dion Dani, berasal dari Ende, karena sendirian tinggal di kos akhirnya dia meminta saya untuk tinggal bersamanya. 3 tahun bertitle sebagia siswa di SMP kini sidah tiba masanya untuk lulus. Rasa bingung pun kembali menghantui hidup saya kemana langkah kaki ini harus menempuh sehingga bisa mengenyam pendidikan lagi di tingkat yang lebih tinggi, kemana saya harus mengadu untuk semua keinginan saya untuk bersekolah ketingkat lebih tinggi, setelah beberapa saat akhirnya saya kembali untuk bersekolah dijenjang SMA/SMK, 3 tahun dari 2010-2013 di SMK Negeri Perikanan dan Kelautan Solor Timur. Kini sudah berakhir masa SMA karena orang tua saya tidak mampu untuk membiayai saya sampai ke perguruan tinggi, sehingga saya putuskan untuk berhenti. Hanya dengan bekal keterampilan dengan jenjang pendidikan hanya di SMK membuat saya harus lebih kerja keras untuk bisa membantu orang tua saya meringankan beban hidup keluarga. Karena saya adalah anak sulung yang memiliki tanggung jawab terhadap adik-adik saya yang membutuhkan banyak biaya untuk mengenyam pendidikan, karena bapak saya hanya menjadi nelayan musiman tidak setiap bulan mendapatkan hasil yang tetap seperti pegawai negeri sipil, dari tuntutan kehidupan keluarga ini membuat saya tidak bisa berdiam diri. Tapi pekerjaan apa yang bisa saya kerjakan, bingung dan banyak pikiran yang muncul dalam hidup saya namun apapun yang terjadi saya harus bisa bekerja. Akhirnya saya putuskan untuk membantu bapak saya menjadi seorang nelayan yang harus banting tulang dilaut untuk mencari nafkah, siang maupun malam tidak menjadi tantangan dan halangan. Ternyata menjadi seorang nelayan bukan suatu hal yang mudah bukan pergi dan hanya mengambil hasil lalu pulang oh tidak dilaut bukan perkantoran tapi laut butuh nyali butuh kesabaran dan butuh pengorbanan untuk bisa mencapai hasil maksimal. Tak hanya itu menjadi nelayan bukan hanya gelar sebagai seorang nelayan tetapi tentang keterampilan yang harus dimilki. Menjadi nelayan diwilayah perairan Solor ini harus memiliki multi talenta sesuai musiman, seperti musim gilllnet semua harus beralih ke gillnet, tapi ketika musim mancing semua kembali untuk menjadi nelayan pancing, karena tidak hanya satu jenis alat tangkap saja yang digunakan. Namun ada juga yang masih mempraktekan ilegal fishing sehingga para nelayan yang hanya memiliki keterampilan dibidang yang lain sangat dirugikan. Tahun pun kini berganti saya berusaha dan bekerja keras untuk bisa melanjutkan lagi pendidikan saya ke perguruan tinggi akhirnya terkabulkan. Rasa bahagia bercampur dengan haru membuat air mata ini berlinang. Karena mengingat kembali tentang latar belakang keluarga saya namun dengan giat dan langkah kaki yang tegar saya segera mendaftarkan diri untuk menjadi seorang mahasiswa yang bisa mengenyam pendidikan diperguruan tinggi, dan waktu itu saya diterima di PDD KABUPATEN ENDE Politeknik Pertanian Negeri Kupang dengan jenjang diploma. Menjadi seorang mahasiswa bukan hal mudah seperti di SMK menjadi mahasiswa membuat saya terus berjuang dengan kerja keras dan tidak mudah menyerah walaupun banyak tantangan dan rintangan silih berganti. Karena harapan saya adalah bisa membahagiakan orang tua saya dengan gelar yang saya peroleh nanti. Dan salah satu pengelaman saya yang cukup menarik adalah bisa diterima di program magang Lamakera Projek karena disini saya mampu bersaing dengan mahasiswa dari kampus-kampus ternama di Indonesia.
Singkat cerita waktu berjalan tak terasa saya sudah menduduki posisi sebagai seorang mahasiswa semester akhir sehingga menuntut saya untuk segera menyelesaikan segala persyaratan untuk bisa mendapat gelar dari seorang mahasiswa salah satunya adalah harus melakukan penelitian akhir. Waktu itu tepatnya bulan Maret 2016 saya mendapat sebuah email dari dosen pembimbing saya bahwa ada pembukaan program magang di Kabupaten Flores Timur kolaborasi dari Reefchek Indonesia, Misool Baseftin dan Manta Trust, dikhususkan untuk mahasiswa asal Solor yang sudah menjejaki kaki disemester akhir, saya tertarik karena ada sebuah nama yang tidak asing bagi saya yaitu Lamakera. Sehingga membuat saya dengan semangat untuk melibatkan diri langsung untuk mengikuti magang ini, melalaui beberapa tahap sampai akhirnya saya diterima. Magang ini dibuka dengan periode Maret sampai Mei dengan nama Projek Lamakera. Kegiatannya adalah melakukan penelitian, konservasi, dan observasi Megafauna laut.
Lamakera adalah sebuah kampung nelayan yang terletak diujung timur pulau Solor. Mata pencarian masyarakat Lamakera adalah nelayan dengan fishing ground adalah laut sekitaran pulau Solor, Lembata dan daratan Flores yang menjadi kawasan perairan Laut Sawu. Di perairan Solor sangat terkenal dengan potensi megafauna laut yang sangat mendukung untuk bisa dimanfaatkan demi kelangsungan hidup yang berkelanjutan, dengan beraneragam macam jenis megafauna yang sangat memikat dihati, seperti lumba-lumba, hewan karismatik seperti parimanta dan hiu paus serta mamalia laut terbesar pun tak kalah menarik melintasi laut Solor ini yaitu Paus Biru, yang bermigrasi dari laut Australia sampai ke laut Banda. Namun masyakat dipulau Solor ini belum bisa memanfaatkan potensi ini secara optimal. Maraknya praktek ilegal fishing terjadi dimana-mana dari tangan yang tidak bertanggung jawab yang mementingkan keuntungan sesaat tanpa memikirkan akibat yang di timbulkan untuk kehidupan dalam jangka waktu panjang, padahal potensi megafauna laut yang ada di wilayah perairan Solor ini sangat mendukung untuk dikembangkan yang lebih menjamin untuk kesuksesan dalam ekonomi kehidupan. Mungkin alasan dasar inilah kegiatan magang projek Lamakera dibuka untuk mencari kandidat yang berkompeten dibidang biologi, perikanan dan ilmu kelautan.
Kampung Lamakera Kecamatan Solor Timur Kabupaten Flores Timur |
Sehari kemudian saya segera mempersiapkan
semua perlengkapan untuk menuju Larantuka ibu kota kabupaten dari kampung halaman
saya sendiri, sehingga bukan hal baru
untuk saya. Pagi itu saya langsung meluncur
menggunakan bus transportasi umum Ende Larantuka yang memakan waktu 8 jam dalam
perjalanan. Setelah sore hari saya menginjakan kaki saya di Larantuka dan
segera mungkin saya bertemu orang dari LSM tersebut. Setelah memperkenalkan
diri akhirnya saya tau kalo orang itu bernama Iqbal Herwata Putra biasa di panggil
Mas Iqbal, ia adalah team Reefchek Indonesia sekaligus sebagai Peneliti Megafauna
Laut untuk Yayasan Misool Baseftin dan Manta Trust. Kemudian saya berpamitan dengan
beliau untuk duluan berangkat ke Solor karena masih menunggu 3 teman saya lagi
dari Jawa. Setelah 3 hari saya dirumah saya mendapat informasi dari mas Iqbal untuk
segera ke Lamakera karena mahasiswa magang lainnya sudah meluncur menuju Lamakera
akhirnya siang itu juga saya pun bergegas menuju Lamakera. Suasana baru dengan wajah-wajah orang baru pula
membuat saya harus lebih fokus untuk bisa berinteraksi dengan mahasiswa dari
kampus ternama di Indonesia. Perkenalan singkat itu pun segera dimulai satu persatu
dari teman-teman sudah memperkenalkan nama,
asal, dan universitas, dari sinilah kami saling mengenal, yang dari ITB Mbak
Dewi, Dari IPB Mas Bani, dan dari Unsoed Mas Rafid sedangkan saya tuan tanah di
negeri sendiri hahahaha.
Materi dari team Misool Baseftin dan Manta Trust oleh Sarah Lewis tentang kegiatan penelitian dan observasi megafauna laut |
Di projek Lamakera ini ada beberapa kegiatan
seperti koral bleaching (pemutihan pada karang) untuk Reefcheck
Indonesia dan melakukan penelitian serta observasi megafauna laut untuk Yayasan Misool Baseftin dan Manta Trust dan juga pendampingan di comunitas , sehingga
pada saat itu saya mendapat bagian untuk melakukan check terhadap coral bleaching
dan penelitian untuk observasi Megafauna. Karena ini adalah hal baru bagi saya jadi
perlu pendampingan sehingga saya ditraining oleh mas Iqbal untuk cara mengambil
photo jenis Coral bleaching serta cara observasi megafauna. Kegiatan coral bleaching ini hanya menyelam dan mengambil photo pada karang yang mengalami
keputihan, sehingga menuntut saya untuk lebih banyak belajar tentang cara
berenang menggunakan alat seperti masker, snorkel dan fins terlebih lagi cara
menggunakan Camera underwater dalam air. Tentang koral bleaching ini terjadi karena pergerakan masa air akibat adanya peristiwa El Nino yaitu kejadian dimana suhu air laut yang ada di Samudra Pasifik memanas di atas rata-rata suhu normal sehingga ini merupakan faktor alam dan pada tahun 2016 NTT terkena dampak dari El Nino ini sehingga karang yang ada di propinsi NTT mengalami bleaching atau keputihan sehingga Reefchek Indonesia dengan sigap mengambil langkah untuk melakukan penelitian di wilayah NTT termasuk di pulau Solor.
Salah satu kegiatan pemantaun coral bleaching. Foto : Sarah Lewis/Manta Trust |
Sedangkan untuk observasi megafauna
kita membagi menjadi beberapa team yaitu ada yang jadi pemantau, dokumentasi dan ada juga menjadi pencatat sehingga waktu
itu saya menjadi pemantau untuk melihat megafauna laut dan teman saya Mas Bani Cameraman
untuk dokumentasi dan mas Rafid menjadi
bagian untuk mencatat hasil pengamatan.
Pengamatan Megafauna Laut disekitar perairan Solor |
Dari sinilah awal mula saya mengenal
tentang laut. Laut memang sangat menjanjikan untuk kehidupan manusia sehingga
kita perlu menjaga dan melestarikan habitat yang ada didalamnnya karena didalamnya
terdapat ekosistem sehingga salah satu ekostem terganggu maka semuanya akan tidak seimbang. Tetapi untuk Megafauna laut diperairan Solor ini sangat kaya. Potensinya sangat mendukung untuk kehidupan, dari berbagai jenis Megafauna
laut yang ada di dunia dan Indonesia terdapat juga di laut Solor dari jenis lumba-lumba,
penyu, parimanta, hiu bodoh, dan paus ada di laut Solor ini namun masyarakat
setempat belum bisa mengambil langkah yang tepat untuk mengoptimalkan potensi
ini untuk kehidupan yang berkelanjutan, sehingga dibutuhkan orang-orang yang
mampu mengubah pola pikir masyarakat, sehingga bisa memanfaatkan potensi
ini. Saya sangat tertarik melihat Megafauna laut yang ada ditanah kelahiran
saya sendiri, begitu memikat dihati hehehehehe.
Salah satu Megafauna yang sering dijumpai di perairan Solor adalah Lumba-lumba Foto : Sarah Lewis/Manta Trust |
Kini sudah tiba saatnya jadwal magang sudah
usai kita harus kembali ke tempat asal dan siap untuk persentasi hasil kegiatan
magang di projek Lamakera periode Maret sampai Mei di Lamakera untuk mengejar
gelar baru. Banyak sekali ilmu yang saya peroleh dari kegiatan magang ini, terimakasih
kepada teman-teman semua yang sudah membantu saya selama kegiatan Lamakera
projek. You all will never be forgotten.
Komentar
Posting Komentar